Berita Jepang dan Indonesia Terkini
Berita  

Demam Kimono Melanda Distrik Asakusa Tokyo

Perempuan jepang menggunakan kimono ( foto dok. e-asakusa.jp)

Dalam beberapa tahun terakhir banyak anak muda di lingkungan Distrik Asakusa, Tokyo, mengenakan kimono. Hal ini mengingatkan kembali era Jepang tahun 1920-an.

halojapin.com. Dalam beberapa tahun terakhir banyak anak muda di lingkungan Distrik Asakusa, Tokyo, mengenakan kimono. Hal ini mengingatkan kembali era Jepang tahun 1920-an. Mereka memadukan kimono renda dengan kerah berjumbai, ikat pinggang, dan sarung tangan. Pakaian kimono mereka merupakan perpaduan antara Jepang-Barat. Trend ini yang kemudian memunculkan kembali tampilan “gadis modern” dari akhir era Taisho.


Memang di distrik Asakusa Tokyo sedang demam kimono. Dalam beberapa bulan terakhir, terutama musim liburan penyewaan kimono selalu diserbu anak muda. Salah satunya adalah penyewaan yang ada dekat gerbang Kaminari-mon, kuil Senso-ji. Ada 800 kimono terutama kimono yang dan dapat disewa.

Dua anak berusia 16 tahun yang merupakan pelanggan toko tersebut mengaku mengunjungi Tokyo dari Prefektur Tochigi. Tujuan mereka adalah mengambil foto Kaminari-mon dan mendapatkan beberapa permen matcha saat bepergian. “Saya suka hal-hal yang mengingatkan pada era Taisho. Dan ketika melihat ‘Haikara-san ga toru’ di internet, dan menurut saya itu lucu. Saya menemukan toko penyewaan ini di Instagram. Akhirnya saya bisa membuat pemesanan,” katanya kepada laman mainichi.jp.

Sedangkan sepasang mahasiswa dalam perjalanan dari Prefektur Hiroshima juga mengatakan bahwa mereka melihat toko tersebut di Instagram. Keduanya ingin berfoto dengan Kaminari-mon dalam balutan kimono renda. Ada lagi seorang pengunjung berusia 18 tahun dari Prefektur Saitama. “Kimono renda terkenal di Instagram. Saya ingin mengambil foto Kaminari-mon dan berjalan-jalan membawa makanan,” katanya bersemangat.

Menurut toko tersebut selama liburan musim semi ada sekitar 400 orang yang menyewa kimononya. Rata-rata mereka berusia 18 hingga 25 tahun dan berkunjung setiap hari pada akhir pekan. Sebanyak 90% pelanggan mereka adalah perempuanberkata, “Awalnya, kami mengalami pertumbuhan yang lemah, tetapi begitu influencer memposting foto yang memperlihatkan kimono kami di media sosial, percikan api muncul,” ujar Miki Kurihara, 22, yang menangani pemasaran web toko.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *