Salah satu alasannya adalah potensi kaligrafi shodo menampilkan kekayaan keragaman dan kedalaman budaya Jepang.
HALOJAPIN.COM. Shodo atau seni kaligrafi khas Jepang akan didaftarkan sebagai Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Panel ahli dari Badan Urusan Kebudayaan mengambil keputusan tersebut pada 18 Desember lalau. Salah satu alasannya adalah potensi kaligrafi shodo menampilkan kekayaan keragaman dan kedalaman budaya Jepang.
Badan tersebut secara resmi akan mengajukan proposal kepada badan kebudayaan global pada akhir Maret. Bersamaan dengan seni prasasti batu, kaligrafi telah menjadi warisan budaya takbenda nasional pada tahun 2021. Jepang berharap UNESCO untuk memberikan pengakuan global pada bentuk seni tersebut pada November 2026.
Shodo adalah seni menulis yang menggunakan tinta dan kuas memiliki sejarah berabad-abad. Sapuan kuasnya membantu membentuk ekspresi artistik, identitas agama, dan nilai-nilai pendidikan negara ini. Asal muasal Shodo sebenarnya adalah dari Cina/Tiongkok. Shodo Jepang juga menggunakan huruf kana yang merupakan bentuk sederhana dari huruf kanji. Pada awalnya budaya ini adalah kegiatan menulis saja namun kemudian berubah menjadi salah satu bentuk seni.
Seni Shodo
Pada abad VI hingga VII, budaya wajib bagi kaum bangsawan dan samurai. Hal ini berbeda dengan berbeda yang mana siapapun dapat melakukannya. Bukan hanya sebagai bentuk seni dan kadang juga untuk kartu ucapan tahun baru.
Metode membuat shodo adalah dengan menulis karakter huruf menggunakan tinta (sumi) pada atas kertas murbei (washi). Kemudian menggabungkan bentuk gaya tulisan dasar yang sama seperti gaya dari China. Gaya penulisan seperti ini bisa juga untuk membuat tulisan segel (tensho), tulisan formal (reisho), tulisan biasa (kaisho), semi-kursif (gyousho), dan kursif (cāoshuu). Biasanya kuas untuk shodo terbuat dari bulu domba, musang dan kuda. Untuk kertasnya sendiri biasanya berbahan khusus seperti lenan, murbei atau mitsumata (Chinese paper bush).
Adapun medium shodo antara lain; Shitajiki, alas untuk kertas, biasanya yang lembut dan berwarna hitam. Bunchin adalah alat untuk menjepit kertas agar tidak bergeser, biasanya sudah tersedia di Shitajiki-nya. Hanshi, kertas tipis khusus untuk menuliskan kaligrafi Suzuri, tempat tinta yang keras (bisa terbuat dari batu atau bahan metal lainnya). Kemudian Sumi, tinta berbentuk batang kemudian dimasukkan air. Setelah itu digosokkan ke Suzuri untuk mendapatkan tintanya. Fude, kuas, ada berbagai macam gunakan sesuai kebutuhan.