Berita Jepang dan Indonesia Terkini

Kisah Seribu Bangau Sadako Sasaki

Sadako Sasaki anak Jepang simbol perdamaian.

halojapin.com. Seribu bangau kertas karya Sadako Sasaki didaftarkan saudaranya untuk masuk dalam warisan dokumenter UNESCO. Seribu bangau ini memang tidak sembarangan karena dibuat oleh orang yang selamat dalam bom Hiroshima dan mengilhami banyak orang untuk menyuarakan perdamaian.

Sadako Sasaki membuat hiasan bangau dari kertas sebelum leukemia merengut nyawanya akibat akibat radiasi bom atom. Perempuan kelahiran 7 januari 1942 itu terkena radiasi bim atim Hiroshima yang jatuh tak jauh dari rumahnya.

Karya dan barang-barang lainnya didaftarkan pada program warisan dokumenter UNESCO. “Dengan mendaftarkan mereka sebagai Memory of the World, saya berharap cerita Sadako akan menjangkau audiens yang lebih besar dan menjadi kesempatan untuk menyatukan dunia demi perdamaian,” kata Yuji Sasaki, keponakan Sasaki yang beru ia 52 tahun.Sadako Sasaki terkena radiasi pada 6 Agustus 1945 saat usia 2 tahun. Dia menderita leukemia 10 tahun kemudian dan meninggal pada usia 12 tahun setelah menghabiskan delapan bulan di rumah sakit.

Dikisahkan pada tanggal 3 Agustus 1955, sahabatnya yang bernama Chizuko Hamamoto datang menjenguknya ke rumah sakit. Chizuko memotong secarik kertas emas agar berbentuk persegi dan melipatnya menjadi burung bangau kertas.


Apa yang dilakukan Chizuko bukan tanpa alasan. Dari cerita kuno di Jepang menyebutkan siapa yang behasil membuat origami seribu bangau kertas maka permohonannya akan dikabulkan oleh para dewa. Namun Sadako merasa tak berhasil mencapai jumlah 1.000. Ia hanya berhasil membuat 644 hingga meninggal. Usaha Sasaki kemudan dilanjutkan teman-temannya sampai genap 1.000.

Diceritakan Sadako sempat kekurangan kertas meskipun punya banyak waktu luang selama di rumah sakit. Ia menggunakan kertas obat atau kertas apapun yang didapatkannya, termasuk ke kamar pasien lainnya untuk meminta kertas dari bingkisan para pembesuk. Chizuko juga membawa kertas dari sekolah untuk digunakan oleh Sadako. Ia meninggal di pagi hari tanggal 25 Oktober 1955 pada usia 12 tahun.

Setelah kematiannya, teman-teman sekelasnya memiliki ide untuk membangun sebuah monumen untuk Sasaki dan semua anak lainnya yang meninggal akibat pengeboman tersebut. Pada tahun 1958, Monumen Perdamaian Anak, menampilkan patung seorang gadis model Sasaki, didirikan di Taman Peringatan Perdamaian.

Tahun 1958, sebuah patung Sadako yang memegang burung bangau emas dipajang di Taman Monumen Perdamaian Hiroshima, yang juga disebut Genbaku Dome. Di kaki patung ada plakat yang berbunyi sebagai berikut, “Ini adalah seruan kami. Ini adalah doa kami. Untuk membangun kedamaian di dunia.”

Patung Sadako juga terdapat di Taman Perdamaian Seattle. Sadako telah menjadi simbol dampak perang nuklir. Kisahnya dituturkan di beberapa sekolah di Jepang saat peringatan serangan bom atom di Hiroshima. Sebagai dedikasi untuknya, rakyat Jepang memperingati tanggal 6 Agustus sebagai Hari Perdamaian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *