Berita Jepang dan Indonesia Terkini

Ikkyu San ‘Orang Suci’ Jepang Yang Unik

Ikkyu San pendeta yang unik dan melegenda

HALO JAPIN. Ikkyu San adalah salah satu biksu yang dianggap suci dalam tradisi Budhisme Zen di Jepang. Sosok yang satu ini dikenal kontroversial, lucu dan ‘nakal’. Hal ini disebabkan karena kerap dianggap melanggar aturan. Biksu Zen ini populerd pada abad ke 15


Dia tidak hanya sebagai seorang biksu tetapi juga penyair, pelukis, musisi. Memang Ikkyu San mempunyai peran penting dalam perkembangan kesenian Jepang, seperti lukisan sumi -e, kaligrafi, musik hingga sastra.

Perjalanan hidupnya dilalui dengan pengembaraan dari satu kuil ke kuil lainnya. Di era sekarang, pemikiran Ikkyu San yang penuh semangat memberontak dan cara nakalnya budaya dan dan spiritualitas Buddhisme Zen itu sendiri. Karya dan kehidupannya menginspirasi banyak orang mulai dari anak-anak hingga dewasa, kaum intelektual hingga orang Jepang yang religius.

Disebutkan Ikkyu lahir pada tahun 1394. Ia adalah seorang pendeta dan penyair Buddha Zen Jepang. Dia juga salah satu pencipta upacara minum teh formal Jepang. Saat berusia lima tahun ibunya mengirim Ikkyu ke biara Ankoku-ji. Di sana dia dibesarkan oleh para biarawan, yang kemudian memberinya nama Shuken. Berkat kecerdasan dan bakatnya pada sastra, saat berusia 13 dikirim ke kuil Kennin-ji Kyoto, di mana ia belajar sastra.

Namun ada yang berbeda dari Ikkyu saat ia di biara. Ternyata ia tidak terkesan dengan rekan-rekannya. Ketidaksukaan tersebut kemudian ia curahkan dalam karya puisinya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan dirinya berpindah dari satu kuil ke kuil lainnya.

Pengembaraannya berakhir ketika mendapatkan seorang guru di tepi Danau Biwa, utara Kyoto yang bernama Ken-o. Namun saat berusia 21, ia ditinggal gurunya yang membuatnya sangat sedih.Setelah itu pindah ke guru baru yang bernama Kaso. Selama pengembaraannya, dia mendapatkan nama lain, Crazy Cloud.

Dikisahkan saat berusia 26 ketika melakukan meditasi, Ikkyu mendengar suara burung gagak. Peristiwa inilah yang memicu Ikkyu pada pencapaian satori atau pencerahan. Meskipun diakui oleh kalangan biksu Zen, Ikkyu telah mendapatkan reputasi sebagai seorang yang ‘nakal’. Ketenarannya mencapai puncaknya ketika Jepang dilanda kekerasan yang memuncak dalam Perang Onin.

Ikkyu telah sempat mennadi kepala biara ke-47 dari kuil Daitoku-ji di Kyoto. Ia juha turus mengawasi pemulihan kuil Myosho-ji yang rusak akibat perang. Kuil ini kemudian berganti nama menjadi Shuon’an Ikkyu-ji, dan merupakan lokasi makam Ikkyu. Ikkyu meninggal pada 1481, pada usia 87 tahun, tetapi kisah-kisahnya, puisi-puisinya, musiknya, kuil-kuilnya dan terutama semangat pemberontakannya membuat sosoknya tetap hidup. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *