Berita Jepang dan Indonesia Terkini

Jawa Enhai Satu Satunya Operator Bioskop Keliling Zaman Jepang

Bioskop keliling zaman Jepang ( Foto dok.Bioskop keliling zaman pendudukan Jepang.( Foto dok Nesia Qurrota/kumparan.com.)

Sejarah bioskop keliling di Indonesia tidak dapat lepas dari badan yang bernama Jawa Enhai.

halojapin.com. Sebelum era sineplek dan digital seperti sekarang ini, bioskop keliling menjadi salah satu hiburan yang dinanti masyarakat. Pada masa emasnya bioskop keliling adalah primadona bagi masyarakat. Sejarah bioskop keliling di Indonesia tidak dapat lepas dari badan yang bernama Jawa Enhai.

Ketika Jepang menduduki Indonesia, bioskop keliling menjadi alat propaganda. Jawa Enhai yang mulai beroperasi tahun 1942 adalah satu-satunya lembaga yang ditunjuk mengurusi bioskop keliling. Pemerintah pendudukan Jepang sendiri telah menyiapkan mengirim 48 operator film dan berbagai perlengkapan untuk kegiatan bioskop keliling di wilayah pendudukan Asia Tenggara. Wikayah Jawa sendiri mendapatkan enam operatir.

Tercatat menjelang bulan Desember 1943, Jawa Enhai telah membentuk lima pangkalan operasional bioskop keliling. Kelima pangkalan tersebut adalah Jakarta, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, dan Malang. Selain itu Jawa Enhai juga membentuk 15 tim pemutar film. Pada beberapa pangkalan ada staf Indonesia dalam pengoperasiannya. Mereka berkeliling dari desa ke desa dengan membawa proyektor film, generator, dan film (35 mm) dalam sebuah truk. Masing-masing tim terdiri atas seorang anggota staf Jawa Enhai (biasanya seorang operator), seorang pegawai Sendebu setempat. Terdapat juga penerjemah, dan seorang sopir truk.

Tim Bioskop Keliling Jawa Enhai

Pemutaran film yang dilakukan Jawa Enhai biasanya berlokasi di ibukota kecamatan. Pada setiap lokasi pertunjukan berusaha untuk menjaring sebanyak mungkin penonton. Salah satu yang dapat menajrng banyak penonton adalah pemutaran bioskop keliling pada acara Ulang Tahun Perang Asia Timur Raya pada Desember 1943. Acara yang berlangsung di Jakarta ini mampu menjaring 53.000 penonton. Jangkauan bisokop keliling tidak hanya fokus pada masyarakat umum saja. Ada juga pemutaran untuk kalangan khusus seperti kelompok romusha, buruh pabrik, dan anak-anak sekolah.

Peredaran bioskop keliling ini tidak hanya menyebar melalui operasionalisasi dari enam kota melainkan ke kota sekitarnya. Dari pangkalan Jakarta pertujukkan mereka menyebar ke Bogor dan Banten. Kemudian pangakalan dari Bandung menyebar ke Priangan, Cirebon, dan Banyumas. Dari Yogyakarta menyebar hingga Solo, Madiun, dan Kedu. Adapun dari pangkalan Surabaya menyebar ke Bojonegoro dan Madiun. Lalu dari pangkalan Malang menyebar ke Kediri dan Besuki

Saat ini bioskop keliling sepertinya mengalami masa redup. Jarang orang atau instansi yang memakai jasa bisokop keliling lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *