Berita Jepang dan Indonesia Terkini

Masharo Aoki Prajurit Jepang yang Ditakuti Belanda

ang Chil Sung, Masharo Aoki dan Guk Jae-man. ( Foto dok. Keluarga Raden Ojo)

Bersama dengan laskar Indonesia, eks prajurit Jepang ini tersohor sebagai pasukan hantu bagi parjurit Belanda

halojapin.com. Dalam sejarah kemerdekaan ada beberapa tentara Jepang ada beberapa yang bergabung dengan laskar Indonesia. Oleh Belanda pasukan Masharo Aoki terkenal dengan julukan pasukan hantu.


Masharo Aoki adalah salah satu prajurit Jepang yang menjadi buruan pasukan Belanda paska Perang Dunia II. Menurut dokumen NEFIS (Dinas Intelijen Belanda) yang ada di Arsip Nasional Belanda, bagi Belanda, Aoki adalah algojo sadis ketika berada dalam kamp konsentrasi di Flores.

Masuknya Belanda di Indonesia membuat, Aoki sadar posisinya di ambang bahaya. Dalam buku “Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: Agresi Militer Belanda II,” karya A.H Nasution menyebutkan Aoki bergabung dengan gerakan Indonesia merdeka sekitar tahun 1946. Hal itu terjadi ketika Aoki dan pasukannya menjadi tawanan perang Pasoekan Pangeran Papak (PPP). Pasukan ini terkenal sebagai kelompok gerilyawan Indonesia dalam peristiwa Bandung Lautan Api pada Maret 1946.

Prajurit Jepang yang diperlakukan baik


Perlakuan baik saat menjadi tawanan perang Aoki dan pasukannya membuat Aoki bersimpati dan meminta komandan PPP, Mayor Kosasih untuk menerimanya masuk PPP dan agama Islam. Lewat persetujuan Kosasih dan Aoki bertemu guru spiritualnya Raden Djajadiwangsa dan masuk Islam.Bahkan merubah namanya menjadi Abubakar.

Aoki bertempur di berbagai wilayah di Jawa Barat. Petualangan Aoki berakhir pada akhir Oktober 1948 di daerah Garut.

Setelah itu Aoki bersama sekitar 40 anak buahnya menjadi anggota PPP. Kosasih lantas menempatkan mereka sebagai instruktur militer sekaligus komandan-komandan seksi. Sejak bergabungnya eks tentara Jepang, PPP seolah menjadi hantu yang menakutkan bagi militer Belanda. Bahkan berbagai operasi penyerangan, sabotase, dan penghadangan di sekitar Wanaraja dan kota Garut kerap mereka lakukan secara sporadis dan militan.


Bergerilya dengan laskar Indonesia menjadi petualangan baru bagi serdadu Jepang ini. Aoki bertempur di berbagai wilayah di Jawa Barat. Petualangan Aoki berakhir pada akhir Oktober 1948 di daerah Garut. Dalam buku Siliwangi dari Masa ke Masa keluaran Sejarah Kodam VI Siliwangi, Aoki tertangkap saat mengikuti rapat rahasia bersama para pimpinan MBGG (Markas Besar Gerilya Galunggung) bersama Letnan Satu Raden Djoeana di kaki Gunung Dora (terletak di perbatasan Garut-Tasikmalaya). Selanjutnya, penjara Glodok menjadi “rumah” berikutnya bagi Aoki dalam beberapa bulan.Akhirnya pada pertengahan Mei 1949, Aoki kembali ke Garut sebagai tahanan.

Sungai Cimanuk menjadi saksi hukuman mati bagi Aoki dan dua anak buahnya yaitu Katsuo Hasegawa dan Yang Chil Sung. Ketiganya dihukum mati . Tahun 1975, makamnya berpidah ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya Garut lewat sebuah upacara militer.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *