Berita Jepang dan Indonesia Terkini

Prajurit Zanryu Nihon Hei di Kaki Semeru yang Ditakuti Belanda

HALO JAPIN. Sebuah kisah unik tentang sekelompok pasukan Jepang yang membelot dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah Soekardi. Ia adalah seorang zanryu nihon hei atau serdadu Jepang yang tetap tinggal dan memilih berjuang untuk Indonesia. Ketangkasannya di medan perang membuatnya ditajuti Belanda.


Bernama asli Nagamoto Sugiyama tercatat membela Republik Indoneia dengan berjuang di hutan-hutan kaki Gunung Semeru. Menurut Rahmat Shigeru Ono, nama Soekardi dikenal sebagai pejuang yang pernah bergerilya bersama pejuang-pejuang Indonesia di hutan-hutan sekitar Malang Selatan dan Blitar antara 1948-1949.

Sedangkan dalam catatan Sekutu, Soekardi disebut sebagai eks anggota Kempeitai atau Polisi Militer Angkatan Darat Jepang. Bahkan Sekutu menyebutnya sebagai penjahat perang. Sementara itu tulisan Fred L. Borch di Military Trials of War Criminals in the Netherland East Indies 1946-1949 yang mengatakan bahwa Nagamoto merupakan buronan berbahaya yang berhasil kabur dari Penjara Cipinang, Jakarta tahun 1946.


Soekardi adalah anggota Pasukan Gerilya Istimewa (PGI), sebuah legiun khusus beranggotakan 28 eks tentara Jepang. Kelompok militer ini di bawah komando Brigade Surachmad. Awalnya PGI dipimpin oleh Mayor Arif arau Tomegoro Yoshizumi. Namun setelah wafat pada 10 Agustus 1948 diganti Mayor Abdul Rachman atau Tatsuo Ichiki.


Banyak pertempuran yang dilakukan oleh legiun PGI ini. Salah satu pertempuran yang sukses adalah saat bersama pasukan dari Brigade XIII menghancurkan markas tentara Belanda di Pajaran 31 Agustus 1948. Dalam pertempuran tersebut 20 prajurit Belanda tewas dan puluhan senjata mereka hancur lebur.

Setelah meraih kemenangan di Pajaran, PGI juga melakukan pertempuran di Poncokusumo pada 18 September 1948. Dengan melalukan serangan fajar, pasukan Belanda dibuta hancur lebur dan meninggalkan posisinya. Pada awal 1949, PGI kemudian dilebur dalam sebuah kesatuan baru yang bernama Pasoekan Oentoeng Soerapati 18 (POS 18). Para zanryu nihon hei tergabung di PGI tetap meneruskan perjuangan hingga Belanda mengakui kedaulatan Indonesia tahun 1949. ****

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *