Berita Jepang dan Indonesia Terkini

Rusuh Malari 1974, Saat Kedatangan PM Jepang Diprotes Mahasiswa

Peristiwa Malari 1974 ( Foto dok. wikipedia)

halojapin.com. Dalam bulan Januari ada sebuah peristiwa yang menyangkut hubungan Indonesia-Jepang. Tanggal 15 Januari 1974 peristiwa Malari pecah yang menyebabkan Perdana Menteri Jepang kala itu Kakuei Tanaka dievakuasi menggunakan helikopter ke bandara Halim Perdanakusuma.


Persitiwa Malari atau Malapetaka 15 Januari ini saat kunjungan Tanaka karena dianggap sebagai simbol modal asing. Para demonstran menolak kedatangan Tanaka dan melakukan long march dari kampus Universitas Indonesia di Salemba ke Universitas Trisakti Grogol.

Para mahasiswa tersebut mengusung tiga tuntutan, yakni pemberantasan korupsi, perubahan kebijakan ekonomi modal asing dan pembubaran asisten pribadi presiden. Aksi yang diikuti ratusan ribu orang tersebut berakhir rusuh. Menurut Hariman Siregar ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia sekaligus pimpinan demonstran mengatakan unjuk rasa mahasiswa telah berakhir pukul 14.30 WIB. “Sedangkan kerusuhan terjadi satu jam kemudian,” katanya.


Dalam laporan Majalah Tempo Edisi 4 Februari 2008 disebutkan penjarahan kemudian terjadi. Massa yang mengaku dari kalangan buruh itu melakukan penjarahan serta membakar mobil produksi Jepang dan toko-toko. Panglima Komando Operasi Pemulihan Kemanan dan Ketertiban Jenderal Soemitro sempat menghadang massa di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Dia berupaya memblokade gerakan massa mengarah ke Istana Presiden, namun gagal. Bahkan, saking mencekam Soeharto harus mengantar Tanaka menumpang helikopter ke bandara Halim sebelum pulang ke negaranya.

Menurut Hariman Siregar ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia sekaligus pimpinan demonstran mengatakan unjuk rasa mahasiswa telah berakhir pukul 14.30 WIB. “Sedangkan kerusuhan terjadi satu jam kemudian,” katanya.

Soemitro juga mengaku menawarkan dialog antara Dewan Mahasiswa UI dengan Tanaka. “Tanaka sudah bersedia, tetapi DM-UI menjawab bahwa dialog diganti dengan dialog jalanan.” Dalam peristiwa ini belasan orang tewas, ratusan luka-luka, hampir seribu mobil dan motor dirusak dan dibakar, serta 160 kilogram emas sejumlah toko perhiasan hilang. Buntutnya polisi dan dan tentara menangkap banyak orang, 775 orang jadi pesakitan, termasuk para aktivis politik dan mahasiswa.

Ada beberapa tokoh yang ditangkap diantaranya pengacara Yap Thiam Hien dan wartawan Mochtar Lubis yang dilepas setelah setahun dipenjara. Ada juga Pengacara Adnan Buyung Nasution dibebaskan pada Oktober 1975 bersama sebelas mahasiswa, di antaranya Judilherry Justam, Theo Sambuaga, Bambang Sulistomo, Eko Jatmiko, Yessy Moninca, dan Remy Leimena.

Sedangkan Hariman Siregar dijatuhi hukuman 6,5 tahun penjara. Untuk Sjahrir mendapat vonis 6,6 tahun penjara. Keduanya dituduh melakukan makar. Majelis hakim yang dipimpin Anton Abdurrahman Putera juga menjatuhkan memvonis Aini 2 tahun 2 bulan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *