Berita Jepang dan Indonesia Terkini
Budaya  

Seijin no Hi, Budaya Merayakan Kedewasaan

Perempuan muda sedang merayakan hari kedewasaan atau Seijin no hi ( Foto dok. wikipedia)

Upacara ini khusus yang sudah berusia 20 tahun atau lebih boleh mengikuti acara tersebut. Adapun pelaksanaan upacara Seijin ni Hi biasanya dipimpin oleh pejabat atau tokoh masyarakat setempat.

HALOJAPIN.COM. Pada bulan Januari ini menjadi hari istimewa bagi anak muda Jepang. Pada bulan ini mereka merayakan Seijin no Hi atau Hari Kedewasaan. Bagi yang sudah berusia 20 tahun atau lebih boleh mengikuti acara tersebut. Adapun pelaksanaan upacara Seijin ni Hi biasanya dipimpin oleh pejabat atau tokoh masyarakat setempat.

Menengok sejarahnya Jepang Hari Kedewasaan atau Seijin no Hi yang berasal dari tradisi kuno yang bernama Genpuku. Kala itu seseorang dianggap telah mencapai usia dewasa ketika dia melakukan prosesi Genpuku. Dalam prosesi ini melibatkan pemotongan rambut dan pakaian tradisional.

Hari Seijin no Hi pertama kali muncul pada tahun 1948. Kala itu upacara tersebut bertujuan untuk mendorong kaum muda memikul tanggung jawab kedewasaan dan berkontribusi dalam pembangunan kembali Jepang pascaperang dunia kedua. Namun kemudian perayaan Hari Kedewasaan tahun 1948 ini berubah menjadi acara tahunan dan menjadi hari libur nasional.

Para wanita muda mengenakan kimono berlengan lebar atau furisode dan alas kaki bernama zōri.Sedangkan pria muda mengenakan kimono formal berwarna gelap dan hakama. Meskipun demikian, pria sering juga mengenakan pakaian formal ala Barat berupa jas lengkap dengan dasinya.

Sejak tahun 1948 hingga tahun 1999, perayaan ini selalu berlangsung tanggal 15 Januari. Tanggal tersebut meneruskan tradisi genbuku yang berlangsung pada hari yang sama. Namun tahun 2000, Hari Kedewasaan berpindah ke hari Senin minggu kedua di bulan Januari. Perpindahan ini karena menyesuaikan dengan Sistem Happy Monday.

Upacara Seijin no Hi

pada pelaksanaan upacara biasanya dimulai dengan pembukaan yang dipimpin oleh tokoh masyarakat atau setempat. Setelah upacara pembukaan selesai, para remaja pria maupun wanita kemudian duduk bersama di hadapan para tamu. Mereka kemudian mendengarkan pidato dari tokoh atau pejabat setempat.

Setelah selesai berlanjut dengan tarian tradisional Jepang yaitu “Seijin No Mai”. Tarian ini adalah simbol dari Seijin no Hi. Para penari yang tampil biasanya adalah remaja yang telah berlatih khusus untuk acara ini. Tarian ini juga menjadi kesempatan bagi para remaja untuk memperlihatkan kemampuan mereka dalam memainkan peran yang berbeda-beda dalam tarian tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *