Berita Jepang dan Indonesia Terkini
Berita  

Dengan Tenkonologi Cara Orang Orang Jepang Hadapi Cuaca Panas

Ilustrasi cuaca panas ( Foto dok freepik.com)

halojapin.com. Jepang menjadi salah satu yang terdampak cuaca panas yang terjadi di beberapa negara. Untuk mengatasinya beberapa perusahaan di negeri tersebut menciptakan teknologi yang mampu mengurangi dampak panas dalam bagi mereka aktivitas di luar ruang setiap hari.

Cuaca panas melanda Jepang sejak bulan Juli lalu. Untuk mengatasi masalah tersebut sejumlah perusahaan dan merek menciptakan teknologi untuk mengurangi dampak cuaca panas dalam aktivitas setiap hari.

beberapa perusahaan Jepang melakukan inovasi produk membuat pakaian, payung, hingga aksesoris untuk menghadapi cuaca panas. Laman Japan Today, Senin (21/8/2023), menulis sebuah perusahaan meluncurkan jaket yang terdapat dengan kipas angin bertenaga baterai.

Jaket seharga 25 juta ini laris di pasaran dan terus mengalami peningkatan dalam penjualannya. Mekanismenya cukup sederhana, kipas berfungsi menyedot udara dan mengalirkannya ke dalam jaket agar penggunanya tetap sejuk meski beraktivitas di cuaca panas.

Selain itu ada juga termasuk T-shirt yang berbahan seperti xylitol yang terasa sejuk saat bereaksi dengan air dan keringat. Sebuah perusahaan asal Osaka bernama Chikuma bahkan menciptakan jaket dan gaun kantor lengkap dengan kipas listrik. “Kami mengembangkannya dengan gagasan bahwa itu dapat diusulkan di tempat-tempat di mana pakaian santai tidak diperbolehkan,” kata Yosuke Yamanaka dari Chikuma kepada AFP.

Kipas angin yang ada dalam pakaian tersebut membuat pemakainya terlihat bengkak. Namun jaket yang buatan Chikuma tidak perlu ada kancingnya. Hal ini berkat struktur khusus yang mengapit kipas dalam dua lapisan dan menjaga udara sejuk tetap masuk, kata Yamanaka.

Kemudian ada payung. Di Jepang payung sering dikaitkan dengan wanita. Namun terbukti lebih populer di kalangan pria juga. Komiyama Shoten, pembuat payung kecil dan mewah di Tokyo, mulai membuat payung untuk pria sekitar tahun 2019 setelah Kementerian Lingkungan Hidup mendorong masyarakat untuk menggunakannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *