Berita Jepang dan Indonesia Terkini
Berita  

PCI NU Jepang dan KBRI Jepang Gelar Pameran Pendidikan Virtual Untuk Pemagang

HALO JAPIN. Pengurus Cabang Internasional Nahdlatul Ulama (PCINU) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo menggelar Pameran Pendidikan Virtual bagi sekitar ribuan pekerja magang (jisshusei) pada Minggu (21/8). Acara ini dikhususkan lulusan Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) asal Indonesia yang tengah berada di Jepang.


Menurut Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Tokyo, Yusli Wardiatno, pameran pendidikan virtual bertujuan mengajak puluhan ribu pemagang agar tumbuh minat belajar sambil bekerja. “Baik S-1 atau D-3, supaya ada perbaikan kualitas pendidikan dan peningkatan kompetensi diaspora Indonesia di Jepang. Dengan peningkatan pendidikan yang baik, kami harap juga pendapatan mereka terus meningkat dan kesempatan bagi mereka semakin banyak. Ini upaya kami mendukung semangat Kampus Merdeka,” kata Yusli.

Yusli mengungkapkan dari total sekitar 67.000 warga Indonesia yang ada di Jepang, separuhnya sekitar 36.000 adalah warga dengan profesi pemagang, yang secara umum pendidikannya masih alumni SMA/SMK.

Lebuh lanjut Yusli mengatakan tentang pentingnya peningkatan kualitas pendidikan bagi tiap individu sebagai upaya memperbesar peluang karier dan kesempatan profesional lainnya di masa depan. “Kuliah sambil bekerja bagi para pemagang dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi. Harapannya, ke depan para pemagang dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja untuk spesifikasi Specified Skilled Workers atau Pekerja Berketerampilan Spesifik (SSW/PBS) di Jepang yang jumlahnya sangat besar,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, ada empat perguruan tinggi yang diundang dan menawarkan program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi para jisshusei, yakni: Universitas Bina Nusantara, Politeknis Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurrjati-Cirebon, dan Universitas Terbuka. “Ini upaya KBRI Tokyo untuk terus memperluas akses pelayanan pendidikan tinggi untuk WNI di Jepang,” ujarnya.

Dilansir dari kemdikbud.go.id, Yusli menghimbau semua perguruan tinggi yang menawarkan program untuk memberikan pengayaan berupa peningkatan kemampuan berbahasa Jepang hingga level N3 atau N4. “Level tersebut adalah salah satu syarat menjadi SSW,” terang Yusli.

Adapun level N3 dan N4 merupakan level yang dipakai dalam Ujian Keahlian Berbahasa Jepang atau Japanese Language Proficiency test (JLPT). Adapun N5 adalah level terendah dan N1 adalah level tertinggi atau tersulit. Yusli juga mendorong agar perguruan tinggi memberikan beasiswa berupa potongan biaya kuliah atau tuition fee bagi pemagang yang memiliki hasil akademik yang baik pada rapor jenjang SMA/SMK. (Sumber : www. kemendikbud.go.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *