Berita Jepang dan Indonesia Terkini
Berita  

Peneliti Jepang: Resiko Kematian Bayi Tinggi Bagi Wanita Hamil yang Mengonsumsi Makanan Siap Saji Berlebihan

Wanita hamil ( foto dok , laman rawpixel.com)

HALO JAPIN. Sebuah survei dilakukan oleh peneliti Jepang terkait dengan kali wanita hamil yang mengonsumsi makan siap saji. Hasilnya menurut penelitian tersebut wanita hamil yang sering makan makanan siap saji dan makanan beku memiliki peluang lebih dari dua kali lipat bayinya lahir dengan kematian.


Penelitian yang dipimpin oleh profesor kebidanan dan ginekologi Universitas Nagoya, Mayumi Sugiura dan profesor nutrisi Hazuki Tamada menyebutkan adanya hubungan kehamilan dan makanan siap saji yang seperti bento, makanan beku, makanan instan dan makanan kaleng. Penelitian ini melibatkan 94.062 wanita hamil yang diperoleh dari Japan Environment and Children’s Study (JECS).

Dari hasil penelitian tersebut terjadi hubungan antara lahir mati dan frekuensi makan siang bento dan makanan beku. Wanita hamil yang mengonsumsi makan siang siap saji “dalam jumlah sedang” (sekali atau dua kali seminggu) memiliki peluang dua kali lipat untuk memiliki bayi lahir mati dibandingkan mereka yang makan “dalam jumlah kecil” (kurang dari sekali seminggu).
Sedangkan wanita yang mengkonsumsi “jumlah besar” (setidaknya tiga sampai tujuh kali seminggu) memiliki risiko 2,6 kali. Untuk makanan beku, peluang kelahiran bayi mati bagi wanita yang makan dalam jumlah sedang hingga besar adalah 2,2 kali lebih tinggi daripada mereka yang hanya mengonsumsi dalam jumlah kecil.


“Ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa bisphenol A, yang larut dari polikarbonat yang digunakan untuk wadah makanan saat microwave, mempengaruhi hasil kehamilan. Kotak makan siang bento siap pakai dan makanan beku sering dipanaskan dalam microwave, dan bahan kimia yang leach out mungkin menjadi penyebab lahir mati. Penelitian lebih lanjut diperlukan,” Profesor Sugiura


Dari 94.062 orang yang disurvei di JECS, 0,9% menyebutkan wanita mengalami kelahiran mati sebanyak 4,8%. Sedangkan kelahiran prematur sebanyak 7%. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Nutrients tertanggal 20 Februari. (sumber www.mainichi.jp) ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *