Berita Jepang dan Indonesia Terkini
Budaya  

Hanachozu, Kumpulan Bunga Indah yang Mengapung Diatas Air

Hanachozu (Foto dok. FB embassyofjapan.id)

HALO JAPIN. Bila ingin melepaskan penat, melihat hanachozu sebagai salah satu terapinya. Bunga warna warna warni yang terapung diatas air dengan pancuran dari dapat membuat Anda menjadi rileks. Hanachozu dapat ditemukan di pintu masuk banyak kuil dan tempat suci di seluruh Jepang.


Banyak kuil di Jepang mengubah bak air mereka menjadi seni bunga yang indah. Dikenal sebagai Hanachozu, rangkaian bunga ini menggunakan kepala bunga musiman yang segar dan berwarna-warni. Dan di seluruh Jepang, hanachozu menjadi sangat populer setelah Covid-19.

Pada awalnya Hanachozu digunakan sebagai cara untuk menyucikan diri dengan menggunakan embun pada bunga dan tanaman, bukan air. Di beberapa kuil Jepang, praktik menyucikan tangan dan mulut sebelum berdoa disebut temizu atau chozu. Chozu merupakan sejenis wadah kayu atau batu berisi air yang digunakan untuk mensucikan diri sebelum masuk ke kuil.

Namun terdapat pula chozu yang berisi air dengan kumpulan bunga-bunga yang dikenal dengan sebutan hanachozu. Oleh karena itu lazim dilihat adanya air mengalir dari pipa bambu atau patung perunggu naga di pintu masuk kuil dan tempat pemujaan.


Namun lain dengan hanachozu sekarang. Kini hanachozu mengacu pada bunga yang mengapung di permukaan chozus (baskom atau gayung). Konon hanachozu model seperti ini berasal dari Yanagidani Kannon atau Kuil Yokoku-ji di Kyoto.


Dalam sejarahnya kuil Yokoku-ji sangat populer sebagai kuil penyembuhan. Di kuil ini banyak orang datang untuk berdoa agar kesehatannya lebih menjadi baik . Selain itu, kuil ini juga dikenal dengan bunga hydrangea di awal musim panas dan dedaunan di musim gugur. Pada tahun 2015, kuil tersebut menghiasi banyak chozunya dengan bunga segar. Tampilan ini menjadi hit besar di media sosial terutama di musim pandemi.

Untuk memperlambat penyebaran virus, banyak kuil dan kuil harus berhenti menawarkan penggunaan chozu kepada masyarakat umum. Karena itu, kuil dan tempat suci di seluruh Jepang mengambil kesempatan untuk menghias baskom dan gayung mereka dengan bunga.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *