Berita Jepang dan Indonesia Terkini
Berita  

Kemenag Promosikan Moderasi Beragama di Univeritas Chuo Jepang

Kemenag promosikan moderasi beragama di perguruan tinggi Jepang ( foto dok. kemenag.go.id)

HALOJAPIN.COM. Direktorat Pendidikan Agama Islam kementerian Agama (Kemenag) RI mempromosikan moderasi beragama di Universitas Chuo, Tokyo, Jepang. Hal tersebut terungkap dalam seminar moderasi beragama di kampus tersebut yang dihadiri puluhan mahasiswa dan dosen.

Profesor Hisanori Kato dalam pengantarnya menjelaskan Universitas Chuo adalah kampus tertua yang berdiri pada tahun 1885 di Jepang. Jumlah mahasiswa yang mengambil studi di universitas tersebut mencapai 30 ribu orang. “Sekitar 100 mahasiswa yang belajar Bahasa Indonesia di fakultas ini,” ucap Kato. Untuk fakultas Studi Kebijakan terdapat kelas Bahasa Indonesia bagi mahasiswa disana yang diajarkan oleh para dosen dari Indonesia.

Sementara itu Direktur Pendidikan Agama Islam, Amrullah menjelaskan Indonesia menjelaskan tentang moderasi beragama dan bela negara. Menurutnya dua hal tersebut saling berkaitan untuk menjaga kedaulatan bangsa.

“Moderasi beragama untuk bagaimana kita bisa beragama dengan baik, bela negara bagaimana kita bisa menguatkan negara kita, jadi keduanya saling berkesinambungan,” ujar Amrullah. Penguatan moderasi beragama dalam konteks pendidikan, lanjut Amrullah, harus mulai sejak usia dini. Sedangkan untuk implementasinya dapat dengan penyesuaian alat pembelajaran yang tepat. Outputnya anak-anak bisa memahami moderasi beragama sesuai dengan jenjang pemdidikan mereka.

“Untuk siswa jenjang Pendidikan dasar dikenalkan melalui permainan, media pembelajaran dan alat peraga. Untuk jenjang menengah bisa dilakukan dengan memberikan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari,” imbuhmya.

Istilah Moderasi Beragama

Dalam kesempatan tersebut, Amrullah menjelaskan moderasi beragama khususnya di Indonesia tidak hanya untuk agama Islam saja, tetapi juga untuk seluruh agama di dunia. “ Istilah moderasi beragama dari berbagai agama seperti Islam dengan ajaran wasathiyah. Pada agama Kristen dengan sebutan golden mean. Sedangkan pada agama Budha dengan majjhima patipada. Dalam agama Hindu juga dengan nama madyhamika. Sementara dalam agama Konghucu dengan istilah Zhong Yong,” ungkapnya.

Selain itu, berkembangnya arus informasi dan kehidupan sosial menyebabkan munculnya beberapa tantangan, sehingga urgensi perumusan moderasi beragama menjadi sangat penting.

“Pertama berkembangnya cara pandang tentang praktek beragama yang berlebihan. Kedua, tantangan klaim kebenaran subjektif dan pemaksaan kehendak. Ketiga, berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan kebangsaan. Kondisi ini membutuhkan suatu model yang disebut moderasi beragama,” jelas Amrullah.

Menurutnya konsepnya berdasar hukum mulai Undang-Undang, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri Agama. Hasilnya akan menjadi salah satu program prioritas nasional. .

Amrullah menyimpulkan hasil dari implementasi moderasi beragama adalah toleransi. Salah satu tolok ukurnya adalah melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya. Selain itu juga menghormati orang lain melakukan ajaran agama orang tersebut. Sikap menghargai perbedaan akan menumbuhkan rasa damai. “Damai adalah indah dan Impian seluruh anak bangsa,” pungkasnya.

Acara yang berlangsung di Aula Univeritas Chuo ini berlangsung pada Kamis (14/12). Delegasi Kementerian Agama RI yang terdiri dari Direktur PAI, para Kasubdit pada Direktorat PAI, Kasubbag Tata Usaha Direktorat PAI, dan staff pada Direktorat PAI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *