Berita Jepang dan Indonesia Terkini
Berita  

Lonjakan Kasus Baru COVID-19 di Jepang Mencapai Angka Tertinggi

HALO JAPIN. Sistem kesehatan Jepang kewalahan menghadapi lonjakan COVID 19. Hal ini diakibatkan oleh gelombang ketujuh wabah yang telah membunuh jutaan warga dunia ini. Pada hari Kamis, kasus harian di Jepang tercatat sebanyak 255.534 kasus baru COVID-19. Angka ini menjadi rekor tertinggi dan kali kedua jumlah kasus baru dalam satu hari melebihi angka 250.000 sejak pandemi melanda negara itu.


Di Jepang tercatat lebih dari 6 juta kasus baru COVID-19 dalam sebulan terakhir. Disebutkan pula angka kematian harian mencapai 200 orang. Data terakhir menunjukkan sebanyak 287 orang dilaporkan meninggal, sehingga total kematian menjadi 36.302.

Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan hingga 10 Agustus lebih dari 1,54 juta orang yang terinfeksi di seluruh negara itu menjalani karantina mandiri di rumah. Dilansir dari NHK, tingkat keterisian tempat tidur (BOR) rumah sakit di Jepang mengalami peningkatan. BOR pasien COVID-19 mencapai 91 persen di Prefektur Kanagawa; 80 persen di prefektur Okinawa, Aichi, dan Shiga; dan 70 persen di prefektur Fukuoka, Nagasaki, dan Shizuoka. Pemerintah Metropolitan Tokyo pada Senin mengumumkan bahwa BOR COVID-19 di wilayahnya mencapai sekitar 60 persen, yang tampaknya tidak terlalu serius.

Selain itu dilaporkan bahwa tenaga kesehatan banyak yang tertular. Hal ini menyebabkan kurangnya tenaga kesehatan. Masataka Inokuchi, Wakil Ketua Asosiasi Medis Metropolitan Tokyo, pada Senin mengungkapkan bahwa tingkat BOR COVID-19 di Tokyo sudah “mendekati batas maksimum.”

Selain itu, 14 institusi medis di Prefektur Kyoto, termasuk Rumah Sakit Universitas Kyoto, pada Senin mengeluarkan pernyataan bersama yang menyebut bahwa pandemi telah mencapai tingkat yang sangat serius, dan tempat tidur untuk pasien COVID-19 di Prefektur Kyoto pada dasarnya penuh.

Pernyataan itu memperingatkan bahwa Prefektur Kyoto kini berada dalam kondisi keruntuhan sistem medis (medical collapse) di mana “nyawa yang seharusnya dapat ditolong tidak dapat diselamatkan.” Namun pemerintah Jepang belum mengadopsi langkah-langkah pencegahan yang lebih ketat. Banyak warga setempat yang mengalami infeksi ringan melakukan karantina di rumah, sedangkan mereka yang melaporkan gejala serius harus berjuang keras untuk dapat dirawat inap. (Sumber antaranews.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *